Belajar dan Terus Belajar Demi Mencapai Cita-cita

Selasa, 05 Oktober 2010

Sejarah Lampung

Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatra, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatra Selatan.

"Dari semua orang Sumatera, orang Lampung memiliki kemiripan dengan orang Cina, khususnya dari wajah mereka yang bulat dan mata yang sipit. Mereka juga orang paling anggun diantara orang-orang Sumatera". Terkhusus perempuan Lampung memiliki postur yang jenjang, berkulit bersih dan memakai hiasan bunga melati dan kerang-kerangan dirambutnya

Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan (Banten).

Putra mahkota Banten, Sultan Haji, menyerahkan beberapa wilayah kekuasaan (Sultan Ageng Tirtayasa) kepada Belanda. Di dalamnya termasuk Lampung sebagai hadiah bagi Belanda karena membantu melawan Sultan Ageng Tirtayasa.

Permintaan itu termuat dalam surat (Sultan Haji) kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal (VOC) di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat bertanggal 12 Maret 1682 itu isinya, Saya minta tolong, nanti daerah Tirtayasa dan negeri-negeri yang menghasilkan (Lada) seperti Lampung dan tanah-tanah lainnya sebagaimana diinginkan Mayor / Kapten Moor, akan segera serahkan kepada (Kompeni).

Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh Hak Monopoli Perdagangan Lada di Lampung.

Akan tetapi, upaya menguasai pasar lada hitam Lampung kurang memperoleh sambutan baik. Pada 21 November 1682 VOC kembali kepulau Jawa hanya membawa 744.188 ton Lada Hitam seharga 62.292,312 gulden.

Dari angka itu dapat disimpulkan bahwa Lampung kala itu dikenal sebagai penghasil Lada Hitam Utama. Lada Hitam pula yang mengilhami berbagai Negara Eropa ambil bagian dalam Konstelasi Politik Nusantara kala itu. Penguasaan sumber rempah-rempah dunia berarti menguasai perdagangan dunia-dan tentu saja wilayah.

Kejayaan Lampung sebagai sumber Lada Hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan menjadi Provinsi pada 18 Maret 1964, Lada Hitam menjadi salah satu bagian Lambang Daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar.

A. Masyarakat adat Lampung Saibatin
     Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat : Labuhan
     Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk
     Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang,
     Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa,
     Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, Empat Kota
     ini ada di Propinsi (Sumatera Selatan), Cikoneng di Pantai (Banten) dan
     bahkan Merpas di Selatan (Bengkulu). Masyarakat Adat Saibatin
     seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar
     berdomisili di sepanjang pantai timur, Selatan dan Barat Lampung,
     masing-masing terdiri dari :
  1. Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)
  2. Keratuan Melinting (Lampung Timur)
  3. Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)
  4. Keratuan Semaka (Tanggamus)
  5. Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)
  6. Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten)
B. Masyarakat adat Lampung Pepadun
     Masyarakat Adat Lampung Pepadun Pedalaman terdiri dari :
  1. Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat : Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.
  2. Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.
  3. Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Masyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedung Tataan, dan Pugung.
  4. Sungkay Way Kanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay Way Kanan mendiami sembilan wilayah adat : Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.

Tidak ada komentar:

Pengikut

Daftar Blog Teman